NASKAH DRAMA
“Masa Depanku Pilihanku”
“Masa Depanku Pilihanku”
Disusun sebagai Pemenuhan Tugas Peningkatan
Keterampilan Berbahasa Indonesia dengan Dosen Pengampu IbuSuhartiningsih
Oleh :
Siti Humaira (150210204010)
Nurliana
Mawaddah (150210204015)
Duwi Ernawati (150210204024)
Tika Triyana (150210204030)
N. Lailatul
Nadhifatul Uyun (150210204040)
Rike Septiana
Damayanti (150210204104)
Mega Anugrah (150210204112)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Tokoh
dan Peran:
1. Duwi
Ernawati sebagai Bila
2. Nurliana
Mawaddah sebagai Bibi
3. Tika
Triyana sebagai Ibu
4. N.
Lailatul Nadhifatul Uyun sebagai Nia (kakak Bila)
5. Siti
Humaira sebagai Nenek
6. Rike
Septiana Damayanti sebagai Rika (teman Bila)
7. Mega
Anugrah sebagai Sasa (teman Bila)
“MASA
DEPANKU PILIHANKU”
Bila itulah panggilan seorang anak yang
terlahir dari keluarga sederhana. Banyak orang berfikir ia adalah anak yang
manja, tapi tidak dengan kenyataanya. Selama ini ia masih bingung dengan siapa
jatinya sebenarnya, ia tidak bebas menentukan pilihannya selayaknya anak remaja
lainnya, melainkan selalu dalam tuntutan orang tua. Bahkan hobinya sekalipun
tidak dapat ditentukan sendiri. orang tuanya
selalu menuntutnya menjadi seperti yang mereka inginkan.
Ibu : Bila,… kamu dimana nak?
Bila : aku diteras bu. (mendengarkan musik)
Ibu : Loh kamu kenapa belum persiapan
berangkat ?. Ayo nanti terlambat, hari ini jadwal kursus puisi dan sebentar lagi
akan ada lomba puisi. Mandi dulu sana.
Bila : tidak, kenapa sih ibu selalu memaksaku
untuk mendalami puisi. Kenapa ibu tidak pernah bertanya apa keinginanku. Kenapa
ibu selalu menuntutku menjadi seperti yang ibu minta?
Ibu : bicara apa sih nak, ibu melakukan semua
ini demi masa depanmu. Ibu ingin kamu menjadi seperti Choiril Anwar yang pandai
membuat, membaca puisi dan menjadi orang sukses.
Bila : tapi aku tidak suka bu. Apa orang sukses
harus jadi sastrawan, tidak kan. Aku
ingin mencari jati diriku sendiri dengan menjadi seorang penyanyi bu. Apa itu
salah ?.
Ibu : tidak ibu tidak menyetujuinya. Seorang
penyanyi itu tidak memiliki masa depan yang cerah. Mereka hanya membuang-buang
waktu dan tenaga. Tapi kalau menjadi seorang sastrawan kamu pasti jadi orang
sukses dan dikenal banyak orang.
Bila : ibu egois, selama ini aku selalu menuruti
apa kemauan ibu, tapi ibu tidak pernah menghargai apa keinginanku. (lari
meninggalkan ibu)
Ibu : apa maksudmu? (menunjuk ke arah Bila)
Bibi : Ada apa ini sebenarnya. Kenapa si Bila menangis
dik?
Ibu : keponakanmu itu tu kak, makin hari
makin melawan orang tua saja. Padahal maksud aku baik untuk masa depannya. Dan
aku malah dibilang jahat.
Bibi : Bila itu kan ankmu juga. Menurutku
seharusnya kamu itu jangan terlalu mengedepankan obsesimu untuk Bila menjadi
soeorang sastrawan, biarlah dia mencari jati dirinya sendiri.
Ibu : loh kakak ini gimana sih. Bila itu
masih anak-anak, masih juga SMP. Kita itu seharusnya mengarahkan dia. Anak
salah jangan dibela terus.
Bibi : tapi bukan begitu caranya mengarahkan
anak. Kita itu harus memberikan kebebasan untuk
memilih jati dirinya, bukan malah melarang-larang dan menuntutnya
menjadi seperti apa yang kita minta.
Ibu : ahh kakak ini selalu saja membela anak
salah. Buktinya Nia aku arahkan astronomi, sekarang dia jadi orang sukses kan
kak.
Bibi : tapi setiap anak itu beda-beda dik,
setiap anak itu tidak sama. Nia mendalami astronomi kan karena terpaksa menjadi
ilmuan. Ya jelas saja dia mau, dia itu kan penurut dan penakut.
Ibu : ahhh terserah kakak saja tapi kalau
Bila tetap ingin jadi penyanyi akutidak
akan setuju. Titik.(sambil pergi dengan muka acuh)
Bibi : haduh ibu sama anak sama-sama susah
dikasih tahu ya. (menggelengkan kepala)
Ketika
Bila berlari sambil menangis tiba-tiba bertemu dengan sahabatnya, Rika dan Sasa yang tidak sengaja
lewat.
Rika : Lo Sa bukannya itu Bila?
Sasa : Bila siapa?
Rika : ya Bila sahabat kita lah, memangnya siapa
lagi. Liat tuh, kenapa dia berlari sambil nangis?
Sasa : Bilaaaaa??? (memanggil Bila)
Rika : Lho bila kamu kenapa menangis? (memegang
pundak Bila)
Bila : ayo kita pergi saja.
Sasa : lho, lho kemana?
Bila : udah yang penting jalan saja tidak usah banyak tanyak. (memegang
tangan Sasa dan Rika)
Rika : iya-iya..
Tiba-tiba mendadak berhenti
Bila : Lhoh-lhoh kok berhenti ?
Sasa : pasti macet lagi. Motor sudah tua masih saja
dinaiki.
Rika : heh heh tua-tua gini banyak sejarahnya
lho. Ini motor kan warisan tujuh turunan dari sebelum aku lahir.
Bila
dan Sasa : ha? Emang tahun berapa tuh.
Rika : hehe. Ya pikir-pikir sendiri deh
Bila : haduhh terus gimana nih.
Rika : hehe. Ya satu-satunya jalan harus
didorong. (sambil turun dari sepedanya)
Sasa : ha?? dorong lagi.
Rika : hehe. Udah cepetan tidak usah banyak bicara.
(tersenyum kea rah Sasa dan Bila)
Sasa
dan Bila : hufttttttt (sambil mendorong)
Sasa : eh istirahat disini dulu yuk, capek nih.
Bila : huft capek banget. (memegang lututnya)
Rika : Hehe Oiya Bil kamu tadi mengapamenangis?
Bila : biasalah ibuku memaksaku untuk jadi
sastrawan lagi. Tiap hari dipaksa untuk kursus puisi.
Sasa : terus gimana? Kamu mau?
Bila : ya tidaklah. Mmm. Besok pagi aku ingin
kerumah nenek ah, aku ingin tinggal disana sementara.
Rika : ya baiklah kalau itu keputusanmu. Kita
sebagai teman mendukung saja. Tapi kamu
harus pikirkan baik-baik dulu sebelum mengambil keputusan.
Sasa : iya bener tu Bil.
Bila : iya pasti, sekarang kita pulang saja yuk.
Rika
dan Sasa : yukk.!!! (berdiri)
Keesokan
paginya ketika Bibi Bila membangunkan Bila untuk siap-siap kesekolah.
Bibi
:(sambil mengetuk pintu kamar Bila)
bila.. bangun nak, apa kamu tidak sekolah. Bila, buka pintunya nak, Bila.. loh
tidak dikunci. Bila.. loh kertas apa ini (membaca surat Bila).
Dik,
dik……………
Ibu : aduh ada apa sih kak, pagi-pagi sudah
teriak-teriak. Apa tidak malu sama tetangga.
Bibi
: aduh, lihat ini. Gara-gara kamu Bila
jadi pergi dari rumah.
Ibu : (membaca surat) aduh kak dia itu hanya
pergi kerumah neneknya, paling-paling besok atau lusa sudah pulang.
Bibi
: kamu ini gimana sih anak pergi malah
dibiarkan.
Ibu : haduh bikin pusing saja anak ini. Beda
sama kakaknya yang penurut.
Bibi : kau
selalu saja membanding-bandingkan Bila dengan Nia. (meletakkan surat di atas
meja)
Ibu : sudahlah, aku melanjutkan masak dulu.
Bibi
: hufttt. Kamu harus datang ke rumah
ibu dan membujuk Bila pulang. (menganggat telunjuknya)
Ibu : aduh iya-iya.( sambil pergi)
Dirumah
nenek….
Bila : Asslamualaikum nek
Nenek : waalaikumsalam, loh ada apa datang pagi-pagi
? kenapa dengan matamu Bila ?
Bila : aku ingin tinggal sementara disini nek,
karena ibu selalu memaksaku untuk menjadi
sastrawan.
Nenek : jadi, ceritanya kamu kabur dari rumah ?
Bila : iya nek, tidak apa-apa kan ?
Nenek : sebenarnya, nenek sangat senang kamu tinggal
disini. Tapi jika ada masalah dengan ibumu, selesaikan dengan baik-baik cucuku.
Sini-sini, mendekatlah. Tatap mata nenek.
Bila : iya nek.
Nenek : yang melahirkanmu siapa?
Bila : ibu.
Nenek : seorang ibu melahirkan seorang anak itu
butuh perjuangan dan pengorbanan. Selama Sembilan bulan ibu mengandungmu dan
membesarkanmu, ketika kamu buang air ibumulah yang membersihkan, ketika kamu
lapar ibumu yang menyuapimu. Dan sekarang ibumu memintamu untuk menjadi
sastrawan, kamu tidak mau ?
Sore
harinya, ketika ibu Bila akan pergi ke rumah nenek tiba-tiba…..
Nia : Assalamualaikum..
Ibu : waalaikumsallam. Nia kamu sudah pulang
nak.
Nia : (sambil memeluk ibunya). Sudah bu. Aku kangen
sekali sama Ibu, Bibi dan Bila.
Ibu : iya nak. Bagaimana kuliahmu di Jerman.
Baik-baik saja kan?
Nia : pastinya bu. Nanti aku ceritakan
kegiatan aku di Jerman. Mmm. Ngomong-ngomong Ibu mau kemana? Dan Bila dimana
bu?
Ibu : Ini lo Nia, ibu mau kerumah nenek kamu menjemput
Bila.
Nia : ada apa bu sama Bila ? tumben dijemput.
Ibu : biasalah nak. Adikmu yang satu itu
susah diatur.
Nia : aku ikut ya bu kerumah nenek.
Ibu : lho sebaiknya kamu istirahat saja
dirumah nak. Kamu kan baru datang.
Nia : tidak ah bu, aku juga kangen sama nenek.
(meletakkan tas ranselnya)
Ibu : ya sudah ayo !!!
Sesampainya
mereka dirumah Nenek.
Ibu : asslamualaikum bu.
Nenek : Waailaikumsallam.(sambil membuka pintu)
Nia : nenek….(memeluk nenek)
Nenek : Nia.. kamu sudah pulang cu.
Nia : iya nek, aku kangen sama nenek.
Nenek : nenek juga cu, ayo masuk-masuk!! Bagaimana
kabar kamu?
Nia : Alhamdulillah baik nek. Nenek sendiri ?
Baik juga kan? Diabetesnya tidak kambuh-kambuh lagi kan nek?
Nenek : (sambil tersenyum) kamu ini. Alhamdulillah tidak.
Ya hanya biasalah penyakit orang tua Encok.
Nia : hehe nenek ini. Oiya Bila dmana nek?
Tiba-tiba
Bila, Sasa, Rika datang
Bila,
Sasa, Rika : Assalmualaikum.
Nenek : itu Bila datang.
Nia : Bila adikku sayang!!! (sambil berlari
memeluk Bila)
Bila : kakak. Kakak sudah pulang.
Nia : sudah sayang. Kamu baru pulang sekolah
ya.
Bila
: iya kak.
Sasa
dan Rika : hay kak.. .(senyum menyapa)
Nia : hay kalian, lama tidak berjumpa ya.(senyum
menyapa)
Ibu : Bila ayo pulang.
Bila : tidak ah bu. Kalau Bila pulang hanya karena disuruh jadi apa yang ibu
inginkan aku tidak mau.
Ibu : Bila kamu itu harus nurut apa kata ibu.
Bila : tidak. aku tidak mau.( sambil berlari
pergi)
Sasa
dan Rika : Bila tunggu.(mengejar Bila)
Perbincangan
Ibu,nenek dan Nia
Nia : sebenarnya ada apa sih ini?(memegang
kepalanya)
Nenek : Tika kamu itu jangan memaksakan kehendakmu
sama anakmu . Kamu juga harus beri dia kebebasan menentuka pilihannya.
Ibu : bu, dia itu masih anak-anak. Jadi aku
itu ingin ngarahkan Bila agar menjadi orang sukses seperti Nia.
Nia : oh itu masalahnya. Menurut aku, aku sama
Bila itu tidak sama bu. Mungkin aku dulu terlalu nurut kata ibu. Sehingga ibu yang
menetukan masa depanku, aku tidak bisa memilih karena aku takut untuk menolak
perintah ibu. Tapi aku minta sekarang biarkan Bila memilih sendiri jati dirinya
bu. Aku tidak ingin Bila merasa terpaksa seperti apa yang aku rasakan dulu.
Ibu : tapi ibu tidak salah kan mengarahkan
kamu selama ini. Toh sekarang buktinya kamu jadi orang sukses. Semua itu atas
dorongan siapa. Ibu kan.
Nenek : tapi Tika, kamu jangan memaksakan Bila.
Nanti dia akan menjadi anak yang memberontak sama orang tua. Biarkan dia milih
masa depannya sendiri. Dan seharusnya kamu mendukung apa keinginannya. Lagi
pula penyanyi itu kan hal positif.
Ibu : tapi bu penyanyi itu masa depannya tidak
jelas. Sudahlah ibu sama saja seperti kakak selalu membela Bila dengan
keinginannya yang tidak jelas itu. Aku pulang saja kalau begitu, nanti kalau
uang jajannya habis pasti dia pulang kerumah.
Nia : Nia juga pulang dulu ya nek.( sambil
bersalaman mencium tangan nenek)
Ibu : bu aku pulang. Asslamualaikum.
Nenek : Waailaikumsallam. Hati-hati. (mengantar
sampai ke depan pintu dan melambaikan tangannya)
Disebuah
taman sasa dan Rika sedang menenangkan Bila.
Sasa : sudahlah Bila kamu jangan menangis.
Rika : iya Bila, lebih baik kamu turuti saja
kemauan ibumu. Mungkin itu yang terbaik untukmu.
Bila : tidak, aku tidak mau. Aku tetap ingin menjadi
penyanyi. Aku tidak mau jadi sastrawan.
Sasa : kita tahu. Tapi apa kamu yakin tanpa
restu ibu kamu, kamu akan menjadi seorang penyanyi yang sukses.?
Rika :tidak. kamu tidak akan menjadi orang
sukses tanpa restu dari orang tuamu. Karena kesuksesan seorang anak tidak ada
artinya tanpa ridho orang tua Bil.
Rika : mmm???aku punya ide.(mengangkan
telunjuknya) Kan sebentar lagi di
sekolah akan ada acara perpisahan kelas 3 tuh. Berarti ini kesempatan kamu untuk membuktikan kepada ibumu
kalau kamu bisa membuat mereka bangga.
Sasa : maksudnya?? (menggaruk-garuk kepala)
Rika : iya. Kamu harus bisa menampilkan nyanyian
yang terbaik didepan orang tua kamu. Dan membuktikan bahwa kamu bisa mendapat tepuk
tangan terbanyak dari penonton.
Sasa : benar tuh, setuju. Tenang saja kita pasti
bantu kamu. (memegang tangan Bila)
Bila : mmm. Benar juga kalian. Ini kesempatan
aku untuk membuktikan kepada ibuku bahwa aku pasti bisa menjadi penyanyi sukses
dan terkenal.
Rika
dan Sasa : semangat ! (mengangkat kedua
tangan)
Dua
minggu kemudian acara perpisahan kakak kelas 3 itupun dimulai
Pembawa
acara :acara selanjutnya kita
tampilkan sebuah lagu yang akan ditampilkan oleh siswa terbaik di sekolah ini,
kita sambut Bila, Sasa, dan Rika.
Penonton memberikan tepuk tangan
dengan meriah
Nia : waw keren sekali bu. Ibu harus bangga.
Lihat saja penonton semuanya memberi tepuk tangan dengan meriah. Iya tidak nek,
bi ?
Bibi : iya Nia. Bibi bangga sama adik kamu. Iya kan
bu?
Nenek : cucuku sayang,nenek bangga denganmu.
Ibu : hmmm.iya. Ibu sekarang sadar bahwa apa
yang ibuk inginkan belum tentu disukai juga dengan orang lain. Ternyata menjadi
seorang penyanyi itu bukan suatu hal yang buruk. Justru sekarang ibu bangga
sama Bila. Dia bisa menyadarkan ibu bahwa ambisi ibu untuk menekan dia menjadi
seperti yang ibu inginkan itu salah.
Bila : (memanggil) ibu, nenek, bibi, kak Nia.
Ibu : Bila..(sambil memeluk Bila) maafkan ibu
ya nak selama ini ibu selalu menuntut kamu untuk jadi seperti apa yang ibu
inginkan tanpa memikirkan keinginan kamu.
Bila : iya bu, bila juga minta maaf ya. Jika
selama ini Bila sering membantah kata-kata ibu.
Ibu : ibu bangga sama kamu Bila. Dan ibu juga
bangga sama kamu Nia.(menagis dan terharu).
Nenek
: nenek bangga punya cucu seperti kalian.
Bibi : keponakanku semuanya berbakat ya.
(mengacungkan jempol)
Sasa
dan Rika : ye…..!!! berpelukan.
Akhirnya
mereka menjadi keluarga yang saling menghargai satu sama lain, dan hidup
bahagia.
Pesan
moral dari drama kami adalah jangan memikirkan keinginan diri sendiri, tetapi
pikirkanlah keinginan orang lain pula. Hargai dan hormati orang lain,
berfikirlah sebelum menentukan suatu keputusan.
kak, ini temanya tentang apa ya?
BalasHapus