KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
DI SEKOLAH DASAR
RESUME
Sebagai Pemenuhan Tugas
Mata Kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik yang Diampu oleh Ibu Dra. Rahayu, M.Pd
Oleh
Kelompok 4
Siti Humaira (150210204010)
Nurliana Mawaddah (150210204015)
Tika Triyana (150210204030)
N.
Lailatul Nadhifatul Uyun (150210204040)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Di Sekolah
Dasar
Anak yang berada di kelas awal SD
adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan
masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting
bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada
kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai
kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka
telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda
roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata
untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan
anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada usia kelas awal SD antara
lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah
mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi,
dan mandiri.
Perkembangan anak usia 6-8 tahun
dari sisi emosi antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap
orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua
dan telah mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk
perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan
kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap
angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami
sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Ada beberapa karakteristik anak di
usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui
keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus
dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.
Adapun karakeristik peserta didik dibahas sebagai berikut:
1.
Karakteristik
pertama anak SD adalah senang bermain.
Karakteristik
ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD diharap merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
2.
Karakteristik
yang kedua adalah senang bergerak.
Orang dewasa
dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama
sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi
untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3.
Karakteristik
yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok.
Guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
4.
Karakteristik
yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan
sesuatu secara langsung.
Bagi anak
SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri, Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Fisik atau tubuh manusia merupakan
system organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk
pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf,
2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek:
1.
Syaraf yang sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi;
2.
Otot-otot yang mempengaruhi
perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;
3.
Kelenjar endokrin, yang menyebabkan
munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan
senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas
lawan jenis; dan
4.
Struktur fisik/tubuh yang meliputi
tinggi, berat dan proposi.
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang
terjadi pada usia :
1.
Infancy toddlerhood (usia 0-3
tahun)
Infancy &
Toddlerhood adalah tahap
pertama pada perkembangan manusia setelah ia dilahirkan.
Pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat pesat pada seluruh
aspeknya. Pertumbuhan fisik adalah perubahan yang paling mudah dilihat
dibandingkan dengan perkembangan lain. Pertambahan berat dapat mencapai 6 kali
lipat dan tinggi badan dapat mencapai 2 kali lipat dibandingkan ketika ia
dilahirkan. Pertumbuhan ini membutuhkan nutrisi yang baik.
Perkembangan kognitif pada tahap ini
dapat dilihat dari kemampuan berpikir dan bahasa anak. Perubahan kognitif
dibahas cukup lengkap oleh Piaget. Ia membahas cara belajar dan tahapan yang
terjadi. Ahli-ahli dalam bidang lain juga berusaha untuk menjelaskan perubahan
ini.
Perkembangan lain yang terlihat pada
bayi dan batita adalah perkembangan emosi dan temperamen. Bayi dapat
mengekspresikan emosinya melalui tangisan, senyuman dan tawa.
2.
Early childhood (usia 3-6
tahun)
Early childhood (usia prasekolah) adalah periode dari
akhir masa bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini, anak
menjadi makin mandiri, siap untuk bersekolah (seperti mulai belajar untuk
mengikuti perintah dan mengidentifikasi huruf), dan banyak menghabiskan waktu
bersama teman. Selepas taman kanak-kanak biasanya dianggap sebagai batas
berakhirnya periode ini.
3.
Middle childhood (usia 6-11
tahun)
Middle Childhood (masa sekolah dasar) adalah masa
dimulai dari usai enam sampai sebelas tahun. Anak mulai menguasai keahlian
membaca, menulis, dan menghitung. Prestasi menjadi tema utama dari kehidupan
anak dan mereka sampai mampu mengendalikan diri. Dalam periode ini, mereka
berinteraksi dengan dunia sosial yang lebih luas di luar keluarganya.
Sedangkan perubahan pada diri anak tersebut meliputi
perubahan pada aspek berikut:
1.
Perkembangan
Fisik.
Pertumbuhan
fisik merupakan proses tumbuh kembang yang ditandai dengan Peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan
anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran
beberapa organ tubuh lainnya.
2.
Perkembangan
Motorik.
Perkembangan
fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak.
Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks
dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan
fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar halus.
a. Perkembangan motorik kasar
Kemampuan
anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik
kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh
anak untuk melakukan gerakan tubuh.
Perkembangan
motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan
setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda
dengan anak lainnya.
b. Perkembangan motorik halus
Adapun
perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan
otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan
pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih.
Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan
motorik halus.
3.
Perkembangan
Kognitif (Berfikir).
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada
kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang
sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa
(bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara. Faktor kognitif
mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena
sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah
mengingat dan berfikir.
4.
Perkembangan
Emosi.
Emosi
merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri seseorang
yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan,yang berfungsi
sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk
mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara
emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan.
Gejala
pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap
suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan
menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi
bereaksi dengan cara menangis.
Perkembangan
pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani,
gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini,
anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di
sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang
diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan
belajar untuk menyayangi.
5.
Perkembangan
Sosial/Psikososial.
Aspek
psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman
sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek
perkembangan anak, orang tua dan pendidik bisa merancang dan memberikan
rangsangan serta latihan agar semua aspek tersebut berkembang secara seimbang. Rangsangan atau latihan tidak bisa
terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan
tersebut diberikan dengan tetap memerhatikan kesiapan anak, bukan dengan
paksaan.
A.
Tugas Perkembangan Pesera Didik Usia SD/MI
Peroide
usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari pra-sekolah ke masa
Sekolah Dasar (SD). Masa ini juga dikenal dengan masa peralihan dari
kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra-pubertas. Pada umumnya setelah mencapai usia 6 tahun
perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin sempurna. Pertumbuhan fisik
berkembang pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin baik, artinya anak menjadi
lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan
mereka. Dengan mengetahui tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka
sebagai orangtua dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap
perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku
Perincian tugas-tugas perkembangan
anak SD menurut HavigHusrt (1961) dan implikasinya terhadap pelaksanaan
pendidikan adalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran keterampilan fisik
motorik yang diperlukan untuk permainan sehari-hari
Dilihat dari perkembangan dan fisik motorik, anak SD
dituntut untuk menguasi keterampilan fisik yang diperlukan dalam
permainan aktivitas fisik motorik.
Menurut Hasan (2006), tujuan pengembangan dan fisik
motorik adalah untuk melatih keterampilan fisik terutama melatih motorik
kasar motorik halus sehingga anak dapat meloncat, memanjat, dan lain
sebagainya, disamping ia juga dapat bermain musik, menari bahkan dapat membuat
kerajinan tangan. Perkembangan dan fisik motorik anak SD dapat dilakukan dengan
memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki perempuan, bahkan guru
di tuntut untuk menciptkaan budaya lingkundan teman sebaya yang mengajarkan
keterampilan fisik dengan cara mencoba membantu seseorang yang mengalami
hambatan dalam tugas-tugas perkembangan ini.
Perkembangan fisik motorik ini
ditandai hal-hal sebagai berikut:
1.
Pertumbuhan anak pesat, lengan dan
kaki panjang tungkai kurus, kemudian menjadi gemuk.
- Gigi susu berganti gigi tetap.
- Penuh energi, suka bergerak aktif sekali, makin lama keaktifan lebih terarah
- Masih senang berlari
Sementara itu, implikasi pada pekembangan
ini adalah sebagai berikut :
1.
Perlu makanan yang bergizi, cukup
banyak istirahat, dan aktivitas ramai berselang seling dengan activitas
tenang.
- Perlu melatih fisik anak, melalui permainan sepak bola atau permainan lain berenang, dan sebagainya.
- Permainan dibutuhkan sebagai selingan belajar, bekerja, dan bermain kegaiatan-kegiatan harus seimbang.
Para pendidik membutuhkan cara pengajaran yang lebih
terbuka, lansung memberikan kesempatan anak berperan mengoptimalkan
perkembangan fisik dan perceptual mereka. Dengan cara ini anak dapat lebih
bersemangat dan timbul rasa senang dalam menjalani aktivitas pembelajaran.
Sehingga berdampak positif juga bagi perkembangan mereka.
Cara pembelajaran yang diharapakan yaitu dengan program
pengajaran yang fleksibel dan tidak kaku serta membedakan perbedaan individu,
tidak monoton dan verbalistik yang di beri banyak variasi ( terdapat
eksperimen, praktek, observasi,dll ), dan menggunakan berbagai media sehingga
anak dapat berperan aktif secara mental dan perseptualnya. Di harapkan dengan
cara ini anak dapat lebih berkembang, aktif dan membantu timbulnya suasana yang
menyenangkan selama proses belajar. Karena anak lebih butuh banyak aktivitas
yang membantu perkembangan mereka.
2.
Membangun keutuhan sikap terhadap
diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
Pada umumnya anak usia SD telah terjadi pertumbuhan
fisik secara pesat. Untuk dapat melaksanakan tugas perkembangan ini kebiasaan
kesehatan seperti menjaga kebersihan, waktu tidur, makan, dan lain sebagainya
masih perlu dibatasi.
Memperhatikan hal-hal tersebut diatas, sekolah
hendaknya memperhatikan kesulitan dan permasalahan siswa serta memberikan
bimbingan dan konseling baik secara individual maupun kelompok. Hal ini
bertujuan agar anak mencapai keutuhan dan keserasian sikap dirinya sendiri
sebagai organisme yang sedang tumbuh secara optimal.
3.
Belajar bergaul dan bekerja dalam
kelompok sebaya
Anak pada usia SD mulai belajar tidak bergantung pada
lingkungan keluarga. Anak (siswa) SD mulai untuk belajar memberi dan menerima
dalam kehidupan sosial diantara teman sebaya. Proses pembelajaran dalam
memasuki kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran “kepribadian sosial”
yang sesungguhnya.
Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa implikasi
terhadap penyelenggarakan pendidikan di SD. Sekolah merupakan tempat yang
kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan bekerja bersama teman
sebaya. Guru harus terampil mempelajari dan memahami budaya teman pada
lingkungan sekolah dan masyarakat.
4.
Mempelajari peran sosial sebagai
pria dan wanita
Menurut Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2006),
dalam mencapai tugas perkembangan perbedaan anatomi antara pria dan wanita
tidak menuntut perbedaan peran jenis kelamin selama anak Sekolah Dasar. Tubuh
anak wanita sebagaimana anak laki-laki tumbuh dengan baik melalui aktivitas
fisik sehingga menjadi kuat dan besar. Baru mulai usia 9 atau 10 tahun terdapat
perbedaan anatomi antara anak laki-laki dengan anak wanita.
Berkenaan dengan peran anak sesuai dengan jenis
kelaminnya,telah diawali dalam asuhan keluarga. Harapan yang sama berlanjut
pada usia sekolah melalui pergaulan dalam budaya teman sebaya. Dalam hal ini
sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi perbaikan jika ada anak yang
mengalami hambatan dalam pencapaian tugas perkembangan ini.
5.
Pengembangan keterampilan dasar
membaca, menulis dan berhitung
Berdasarkan hasil studi psikologis menunjukkan, bahwa
membaca dipelajari oleh kebanyakan masyarakat hingga usia 12 atau 13tahun.
Kecepatan membaca dalam hati dan kemauan membaca bersuara jarang meningkat lagi
setelah usia tersebut. Namun tentang kemampuan dalam mengambil makna isi bacaan
terus bertambah selama ia belajar.
Keterampilan menulis sejalan dengan membaca, bahwa
penguasaan menulis dipengaruhi oleh frekuensi anak melakukan/belajar menulis.
Karena menulis memerlukan kebiasaan penggunaan aktivitas fisik/tangan. Pada
anak usia SD sudah mencapai kematangan dalam hal aktivitas fisik/tangan.
Keterampilan berhitung berkembang hingga usia 12 atau 13 tahun, dan jarang
berkembang lagi jika tidak melanjutkan ke sekolah menengah atau perguruan
tinggi memungkinkan anak SD memperoleh ilmu pengetahuan serta menggunakan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh untuk dihubungkan dengan lingkungan dan
masalah-masalah yang terjadi di sekitar anak.
Menurut Yusuf (2006), secara umum pada usia sekolah
dasar (6-12) tahun, anak sudah dapat mereaksi rangsang dan inteklektual, atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif seperti menulis, membaca, menghitung. Pada tahap
perkembangan kognitif ini, anak SD harus dibekali pengalaman-pengalaman
kemampuan tertentu untuk menambah pengertian menanamkan tingkah laku
dengan pola-pola baru agar mereka dapat mempergunakannya secara efektif.
Implikasi perkembangan ini ditandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan baru yaitu mengkalisifikasikan (mengelompokkan),
menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau
bilangan, dan kegiatan yang berkaitan dengan perhitungan angka, seperti
menambah, mengurangi, mengalikan, membagi. Disamping itu, anak SD sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Pada tahap ini juga kemampuan intelektual anak cukup
dapat dibekali kecapakan untuk berfikir bernalar, termasuk pemberian
pengetahuan tentang manusia, hewan, berserta lingkungan alam sekitar. Disamping
itu, anak cukup mampu untuk mengungkapkan pendapat gagasan atau penilaian atas
berbagai hal yang dialami di lingkungan dan sekitarnya.
Sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam
pengembangan kemampuan intelektual anak. Dalam hal ini guru harus memberikan
perhatian agar menunjang proses pendidikan anak. Guru juga harus memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan hasil belajarnya serta memberikan
komentar terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh anak SD dalam proses
belajar. Kegiatan seperti ini diharapkan dapat membentuk proses pencapaian
tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah.
Hal tersebut dipertegas oleh Piaget bahwa kemampuan
berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. ini berarti bahwa urutan bahan
pendidikan dan metode harus menjadi perhatian utama. Anak SD akan sulit
memahami bahan pelajaran jika urutan bahan pelajaran ini tidak teratur. Bagi anak
SD, pengoperasian suatu penjumlahan harus menggunakan benda-benda nyata,
terutama di kelas-kelas awal karena tahap perkembangan berfikir mereka baru
mencapai pada tahap kongret.
6.
Pengembangan konsep-konsep yang
perlu dalam kehidupan sehari-hari
Keterkaitan manusia dengan lingkungannya menjadikan ia
harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Untuk dapat
menyesuaikan diri maka ia perlu memahami dan mengembangkan konsep-konsep
tertentu yang perlu dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan ini
menuntut anak usia SD untuk memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk
bisa berfikir efektif berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan
peristiwa-peristiwa sosial.Secara psikologis pada saat anak siap memasuki
sekolah, ia sebenarnya telah memiliki perbendaharaan banyak konsep, terutama
konsep-konsep yang sederhana.
Berkenaan dengan tugas-tugas perkembangan tersebut,
maka sekolah merupakan tempat yang kondusif untuk mempelajari sejumlah konsep
dalam kehidupan. Kurikulum sekolah hendaknya memberikan pengalaman dan
pembelajaran yang sekonkret mungkin terutama pada kelas-kelas bawah. Hal ini
akan membantu anak dalam membangun konsep-konsep baru berdasar hal-hal yang
nyata, misalnya tentang konsep yang berhubungan dengan waktu, ruang, tempat,
dan angka.
7.
Pengembangan kata hati, moral dan
nilai-nilai
Perkembangan moral adalah perkembangan moral anak yang
merupakan hal yang sangat bagi perkembangan kepribadian dan sosial anak dalam
kehidupannya sehari-hari. Anak usia SD sudah dituntut untuk mengembangkan
kontrol moral dari dalam, menghargai aturan moral,dan memulai dengan skala
nilai yang rasional. Melalui proses identifikasi terhadap kedua orang tuanya,
anak mengembangkan sendiri penerapan “peringatan-hukuman” dari orang tua
sebagai perwujudan kata hati. Piaget berpendapat, bahwa anak usia SD merupakan
tahapan yang sangat penting dalam mempelajari moralitas kerja sama.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, mempunyai
peranan penting dalam rangka pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai
melalui proses pembelajaran. Bimbingan merupakan salah satu tehnik untuk
membantu siswa utamanya yang mengalami hambatan atau permasalahan yang
berkaitan dengan pengembangan ini.
Impliksi perkembangan terhadap penyelenggraaan
pendidikan di SD guru mengarahkan anak didikanya untuk melakukan kebaikan dan
selalu menanamkan kejujuran karena pada tahap perkembangan ini anak SD sudah
mengetahui peraturan dan tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosial,
disamping itu anak telah dapat mengasosiasikan perbuatannya dengan lingkungan
di sekiranya. Misalnya perbuatan nakal, jujur, adil serta sikap hormat baik
terhadap orang tua, guru dan lingkuangan sekitamya.
8.
Mancapai kemandirian pribadi
Tugas-tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD
mampu menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini ditunjukkan pada
kemampuan membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar/sekolahnya
tanpa harus selalu diarahkan oleh guru maupun orang tua.
Sehubungan tugas pencapaian kemandirian ini, maka guru
dalam melaksanakan proses pembelajarannya mengacu pada kemandirian. Baik
kemandirian dalam tugas individual maupun kemandirian dalam tugas-tugas
kelompok.
KESIMPULAN
Karakteristik perkembangan anak pada
kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai
kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Untuk
perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan
kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap
angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami
sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Karkterisik
perkembangan anak usia SD/MI meliputi :
5.
Karakteristik pertama anak SD adalah
senang bermain.
6.
Karakteristik yang kedua adalah
senang bergerak.
7.
Karakteristik yang ketiga dari anak
usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok.
8.
Karakteristik yang keempat anak SD
adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang
terjadi pada usia :
4.
Infancy toddlerhood (usia 0-3
tahun)
5.
Early childhood (usia 3-6
tahun)
6.
Middle childhood (usia 6-11
tahun)
Sedangkan perubahan pada diri anak tersebut meliputi
perubahan pada aspek berikut:
6.
Perkembangan Fisik.
7.
Perkembangan Motorik.
8.
Perkembangan Kognitif (Berfikir).
9.
Perkembangan Emosi.
10.
Perkembangan Sosial/Psikososial.
Dengan
mengetahui tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka sebagai orangtua
dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap perkembangannya agar
tidak terjadi penyimpangan perilaku. Perincian tugas-tugas perkembangan
anak SD menurut HavigHusrt (1961) dan implikasinya terhadap pelaksanaan
pendidikan adalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
keterampilan fisik motorik yang diperlukan untuk permainan sehari-hari
2.
Membangun
keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang
tumbuh.
3.
Belajar
bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
4.
Mempelajari
peran sosial sebagai pria dan wanita
5.
Pengembangan
keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung
6.
Pengembangan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
7.
Pengembangan
kata hati, moral dan nilai-nilai
8.
Mancapai
kemandirian pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2007.
Psikologi Pendidikan Edisi Kedua Jakarta: kencana, halaman 41-42.
Wardani, Pulung Dwi. 2012.
Perkembangan Peserta Didik. (Online), diakses pada tanggal 08 Maret 2016, https://pulungdwiwardani.wordpress.com/2012/01/11/makalah-prkembangan-peserta-didik/.
0 komentar:
Posting Komentar