.
Resensi
Novel Negeri 5 Menara
Judul :
Negeri 5 Menara
Penulis :
Ahmat Faudi
Penerbit :
Gramedia
Pustaka Utama
Tahun : 2009
Kota
Terbit : Jakarta
Tebal : 419
Novel ini mengisahkan pengalaman
hidup enam orang pemuda yang menempuh pendidikan disebuah pesantren terkenal
bernama Pondok Madani.
Alif Fikri adalah seorang anak yang
patuh pada ibunya. Ibunya adalah seorang guru sukarelawan dan dibesarkan dengan
latar agama yang kuat. Orang tua Ibu alif adalah toko agama sehingga beliau
menginginkan anaknya menjadi tokoh agama seperti kakeknya. Tetapi, Alif tidak
mau menjadi tokoh agama yang Alif mau adalah menjadi seorang intelek seperti
Pak Habibie. Setelah itu alif mengurung diri di kamarnya dan beberapa hari
kemudian Alif mendapatkan surat dari Pak Etek isi surat tersebut Pak Etek menyaran
kepada Alif untuk bersekolah di Jawa Timur tepatnya di Pondok Madani. Alif
berpikir lama tentang hal itu Alif
memutuskan untuk mengikuti saran Pak Etek dan Ibunyapun mau.
Seumur hidup Alif, Alif tidak pernah
menginjak tanah diluar minangkabau dimasa kecilnya Alif lalui dengan berburu
durian di hutan rimba, main bola, dan mandi di danau maninjau. Tiba-tiba
sekarag harus pergi melintasi Sumatera menuju sebuah desa plosok di Jawa Timur.
Untuk menuntut ilmu dengan setengah hati Alif mengikuti perintah ibunya untuk
belajar di pondok.
Di hari pertama Alif di Pondok
Madani Alif terkesima dengan mantera sakti Manjadda Wajadda yang artinya siapa
yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Alif dipersatukan dengan
teman-temannya oleh hukum jewer berantai. Alif berteman dengan Raja dari Medan,
Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari
Goa. Mereka senang berkumpul di menara masjid, mereka menuggu magrib sambil
menatap awan lembayung yang berarak keufuk barat. Dari keseringan mereka
berkumpul di menara untuk menuggu magrib tiba mereka dijuluki Shihabul Menara
oleh teman-temannya disana.
Di bawah menara mereka
berangan-angan untuk meraih impian mereka masing-masing. Awan-awan yang mereka
tatap menjelma menjadi benua dan negara yang menjadi impian mereka. Tetapi,
kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu kemana impian akan
membawa mereka yang mereka tahu adalah jangan pernah meremehkan impian
walau setinggi apapun. Lakukanlah semua dengan doa dan ke ikhlasan tuhan
sungguh mendengar.
Setelah 4 tahun Alif dengan shihabul
menara telas lulus dari Pondok Madani dengan membawa bekal ilmu yang telah di
ajarkan oleh guru-guru di sana. Dan mereka pergi kelima negara dan kelima benua
untuk berkuliah. Setelah 11 tahun mereka bertemu kembali dan mereka tidak
menyangka bisa menjadi seperti apa yang mereka impikan.
Noveli ini banyak mengandung nilai
ke islaman. memberikan keyakinan untuk mewujudkan impian bahwa setinggi apapun cita-cita kita
bisa raih dengan usaha, kerjakeras, disiplin dan doa. Alur ceritanya campuran
sehingga pembaca tidak bosan membacanya.
Novel ini memiliki beberapa bacaan
tentang bahasa arab yang tidak ada terjemahannya sehingga sulit di pahami.
Karakter masing-masing tokoh tidak di
gambarkan dengan jelas.
Nilai yang terkandung pada novel ini
adalah jangan takut bermimpi untuk meraih cita-cita yang setinggi langit karena dengan kita berusaha, kerja keras,
disiplin, bedoa, dan melakukannya dengan ikhlas pasti cita-cita kita yang
setinggi langit itu akan terwujud. Oleh karena itu, novel negeri 5 menara ini
cocok untuk di baca para remaja yang sedang bermimpi untuk mewujudkan impiannya
di hari esok. Dengan membaca novel ini remaja akan termotivasi, tidak kenal
menyerah, mempunyai wawasan yang luas tentang berbagai macam bahasa. Dan selalu
percaya bahwa setinggi apapun cita-cita kita bila di lakukan dengan
sungguh-sungguh pasti akan berhasil.
0 komentar:
Posting Komentar