IRA BISA

Kamis, 26 Mei 2016

Negeri 5 Menara



.
Resensi Novel Negeri 5 Menara
Judul               : Negeri 5 Menara
Penulis             : Ahmat Faudi
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun              : 2009
Kota Terbit      : Jakarta
Tebal               : 419
                      Novel ini mengisahkan pengalaman hidup enam orang pemuda yang menempuh pendidikan disebuah pesantren terkenal bernama Pondok Madani.
            Alif Fikri adalah seorang anak yang patuh pada ibunya. Ibunya adalah seorang guru sukarelawan dan dibesarkan dengan latar agama yang kuat. Orang tua Ibu alif adalah toko agama sehingga beliau menginginkan anaknya menjadi tokoh agama seperti kakeknya. Tetapi, Alif tidak mau menjadi tokoh agama yang Alif mau adalah menjadi seorang intelek seperti Pak Habibie. Setelah itu alif mengurung diri di kamarnya dan beberapa hari kemudian Alif mendapatkan surat dari Pak Etek isi surat tersebut Pak Etek menyaran kepada Alif untuk bersekolah di Jawa Timur tepatnya di Pondok Madani. Alif berpikir lama tentang hal itu  Alif memutuskan untuk mengikuti saran Pak Etek dan Ibunyapun mau.
            Seumur hidup Alif, Alif tidak pernah menginjak tanah diluar minangkabau dimasa kecilnya Alif lalui dengan berburu durian di hutan rimba, main bola, dan mandi di danau maninjau. Tiba-tiba sekarag harus pergi melintasi Sumatera menuju sebuah desa plosok di Jawa Timur. Untuk menuntut ilmu dengan setengah hati Alif mengikuti perintah ibunya untuk belajar di pondok.
            Di hari pertama Alif di Pondok Madani Alif terkesima dengan mantera sakti Manjadda Wajadda yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Alif dipersatukan dengan teman-temannya oleh hukum jewer berantai. Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Goa. Mereka senang berkumpul di menara masjid, mereka menuggu magrib sambil menatap awan lembayung yang berarak keufuk barat. Dari keseringan mereka berkumpul di menara untuk menuggu magrib tiba mereka dijuluki Shihabul Menara oleh teman-temannya disana.
            Di bawah menara mereka berangan-angan untuk meraih impian mereka masing-masing. Awan-awan yang mereka tatap menjelma menjadi benua dan negara yang menjadi impian mereka. Tetapi, kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu kemana impian  akan  membawa mereka yang mereka tahu adalah jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun. Lakukanlah semua dengan doa dan ke ikhlasan tuhan sungguh mendengar.
            Setelah 4 tahun Alif dengan shihabul menara telas lulus dari Pondok Madani dengan membawa bekal ilmu yang telah di ajarkan oleh guru-guru di sana. Dan mereka pergi kelima negara dan kelima benua untuk berkuliah. Setelah 11 tahun mereka bertemu kembali dan mereka tidak menyangka bisa menjadi seperti apa yang mereka impikan.
            Noveli ini banyak mengandung nilai ke islaman. memberikan keyakinan untuk mewujudkan  impian bahwa setinggi apapun cita-cita kita bisa raih dengan usaha, kerjakeras, disiplin dan doa. Alur ceritanya campuran sehingga pembaca tidak bosan membacanya.
            Novel ini memiliki beberapa bacaan tentang bahasa arab yang tidak ada terjemahannya sehingga sulit di pahami. Karakter  masing-masing tokoh tidak di gambarkan dengan jelas.
            Nilai yang terkandung pada novel ini adalah jangan takut bermimpi untuk meraih cita-cita yang setinggi langit  karena dengan kita berusaha, kerja keras, disiplin, bedoa, dan melakukannya dengan ikhlas pasti cita-cita kita yang setinggi langit itu akan terwujud. Oleh karena itu, novel negeri 5 menara ini cocok untuk di baca para remaja yang sedang bermimpi untuk mewujudkan impiannya di hari esok. Dengan membaca novel ini remaja akan termotivasi, tidak kenal menyerah, mempunyai wawasan yang luas tentang berbagai macam bahasa. Dan selalu percaya bahwa setinggi apapun cita-cita kita bila di lakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan berhasil.

0 komentar:

Posting Komentar